Jumat, 03 Juni 2016

BIOKIMIA PANGAN PEMBUATAN VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)


MAKALAH
BIOKIMIA PANGAN
Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)





OLEH :

NUR SAKINAH ADNAN (D1C1 14 060)
AMILUDIN (D1C1 14 061)
WAHYUNUS (D1C1 14 066)
HAYATUN NUFUSI (D1C1 14 094)
IRFAN SANTOSA SARMA (D1C1 14 098)


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, ni’mat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan  makalah Biokimia Pangan tentang Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Salam beserta salawat marilah kita haturkan buat junjungan nabi besar kita nabi  Muhammmad SAW beserta para pengikutnya yang telah membawa kita dari jaman kegelapan hingga jaman yang terang benderang ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu  Prima Endang Susilowati yang telah memberikan pengarahan tentang penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Kendari, Mei 2016

                                                                                                                       Penulis


I.       Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh  dengan baik di daerah tropis seperti di Indonesia. Tanaman ini banyak tumbuh di perkarangan rumah, perkebunan, daerah dekat pantai, maupun daratan lainnya. Di Indonesia, dikenal dua jenis kelapa, yaitu kelapa dalam dan kelapa genjah. Kelapa genjah menghasilkan buah yang jumlahnya dapat mencapai 100-140 butir/pohon/tahun, tetapi volume buahnya kecil dan kandungan minyaknya rendah (sekitar 12%), sedangkan kelapa dalam menghasilkan buah lebih sedikit, yaitu sekitar 75-90 butir/pohon/tahun, namun volume buah nya relatif lebih besar dan kandungan  minyaknya bisa mencapai 62-69%.
Besarnya potensi kelapa di Indonesia, peluang pengembangan agribisnis
kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangatlah besar. Alternatif produk  yang dapat dikembangkan yaitu virgin coconut oil (VCO). Pelaku agribisnis  produk tersebut mampu meningkatkan pendapatan 5-10 kali dibanding dengan hanya menjual produk kopra. Namun pada kenyataannya masyarakat masih  mengolah kelapa menjadi kopra kemudian mengekstrak minyak kelapa menggunakan teknologi tradisional, sehingga minyak kelapa yang dihasilkan  memiliki kadar air, asam lemak bebas, dan angka oksidasi  yang cukup tinggi, sedangkan untuk produksi VCO Indonesia masih sangat minimum.
Di Sulawesi Tenggara, masyarakat belum memanfaatkan buah kelapa secara optimal. Selama ini penggunaannya hanya terbatas sebagai bahan tambahan dalam pengolahan pangan. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan masyarakat Sulawesi Tenggara dapat mengolah buah kelapa menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, salah satunya adalah VCO karena selain dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa sekaligus dapat meningkatkan perekonomian daerah. Salah satu metode pengolahan VCO adalah menggunakan ragi roti.
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) merupakan khamir yang sering  digunakan dalam pembuatan roti. Pertumbuhan khamir ini dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber energi, dan air bebas. Saccharomyces cerevisiae ini dapat tumbuh optimum pada suhu 30oC. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghasilkan  enzim yang dapat memecah karbohidrat menjadi asam. Asam yang terbentuk akan mengkoagulasikan protein emulsi santan. Selain itu, juga menghasilkan enzim proteolitik dimana enzim ini dapat menghidrolisis protein yang menyelubungi globula lemak pada emulsi santan, sehingga minyak dapat terpisah dari santan. Ragi roti sangat mudah didapat, murah, dan lebih praktis dalam pengaplikasiannya dibandingkan dengan enzim yang membutuhkan banyak  perlakuan pendahuluan sebelum digunakan dan juga harganya yang kurang  ekonomis.
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak makan yang diperoleh tanpa mengubah sifat fisiko kimia  minyak karena hanya diberi perlakuan mekanis dan penggunaan panas rendah. Minyak yang dihasilkan memiliki kadar air, asam  lemak bebas, dan angka oksidasi yang rendah, berwarna bening, dan berbau  harum serta memiliki daya simpan yang lama. VCO merupakan suatu produk  yang memiliki sifat dwifungsi yaitu sebagai minyak goreng kualitas tinggi dan
sebagai obat yang potensial.
VCO banyak mengandung asam laurat dan asam lemak jenuh berantai  pendek seperti asam kaprat, kaprilat dan miristat, sehingga VCO memiliki peran  yang positif bagi kesehatan manusia. Beberapa manfaat VCO bagi kesehatan yaitu  merupakan antibakteri, antivirus, antijamur, dan antiprotozoa, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, dapat mencegah terjadinya osteoporosis, diabetes, penyakit liver, dan timbulnya kanker, dapat menurunkan berat badan, dan  memberikan stamina bagi tubuh.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan  memanfaatkan buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan VCO dengan  penambahan ragi dan dibantu memperoleh VCO lebih singkat dan VCO yang dihasilkan  memiliki mutu yang baik. Hal-hal tersebutlah yang mendorong penulis memilih judul Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)”
B.     Rumusan Masalah
Dalam pembuatan minyak kelapa, masyarakat Indonesia masih  menggunakan cara tradisional yaitu dengan ekstraksi kering yang diawali dengan pembuatan kelapa kering (kopra) dan masih menggunakan panas tinggi untuk memperoleh minyak. Minyak kelapa yang dihasilkan dengan metode tersebut memiliki kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida yang tinggi dan warna agak kekuningan, sedangkan untuk menghasilkan VCO dengan kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida yang rendah serta warna yang jernih dibutuhkan teknologi modern dan waktu yang cukup lama. Penggunaan teknologi modern dalam proses ekstraksi minyak kelapa membutuhkan biaya produksi yang tinggi sehingga cara tersebut tidak dapat digunakan di industri rumah tangga. Oleh karena itu, dibutuhkan metode ekstraksi dengan biaya produksi rendah dan lebih efisien.
Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) memiliki enzim proteolitik yang  berfungsi untuk menghidrolisis protein yang menyelubungi globula lemak  sehingga dapat memisahkan minyak dari santan. Dengan metode ekstraksi menggunakan ragi roti, minyak kelapa yang dihasilkan akan memiliki kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida yang rendah serta warna yang jernih. Minyak kelapa yang dihasilkan dapat disebut virgin coconut oil karena proses pembuatannya menggunakan panas rendah.
C.    Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam waktu  yang relatif singkat dapat menghasilkan VCO serta untuk mengetahui pengaruh  konsentrasi ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan lama fermentasi terhadap mutu VCO yang dihasilkan.







II.    TINJAUAN PUSTAKA
Buah kelapa sebagai salah satu hasil perkebunan merupakan bahan baku berbagai produk makanan dan bukan makanan. Daging buah kelapa mengandung protein, karbohidrat dan lemak yang sangat penting serta vitamin. Sekitar 90% asam lemak dalam daging buah kelapa adalah asam lemak jenuh dan 10 % sisanya adalah asam lemak tidak jenuh. Kandungan asam lemak (Medium Chain Fatty Acid, MCFA) ternyata bias beragam pada berbagai varietas kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman kandungan MCFA dan kadar asam laurat dipengaruhi salah satunya oleh varietas kelapa. Total kandungan MCFA pada kelapa Dalam antara 47,35% sampai 57,89% dan pada kelapa Genjah antara 45,45% sampai 55,68%. Dan untuk kandungan asam laurat (C12:0) pada kelapa Dalam berkisar antara 36,04% sampai 44,19% (Novarianto dan Tulalo, 2007).
Salah satu produk olahan  kelapa yang populer akhir-akhir ini adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Virgin Coconut Oil lebih unggul dari minyak yang diolah secara tradisional, seperti kadar air yang rendah (0,02-0,03%), asam lemak bebas rendah (0,02%), berwarna bening, berbau harum dan berdaya simpan yang cukup lama yaitu sekitar 6-8 bulan. Umumnya dalam pembuatan VCO menggunakan bahan baku  buah kelapa tua yang segar atau baru dipanen (Rindengan et al., 2004). Dalam pembuatan VCO dapat menggunakan berbagai metode, salah satunya dengan metode fermentasi. Dalam proses fermentasi dapat menggunakan starter yang terbuat dari ragi seperti ragi roti (permifan) (Ruku, 2007).
Virgin coconut oil (VCO) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-baru ini banyak diproduksi orang. Dibeberapa daerah, VCO lebih dikenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni. Virgin Coconut oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan didalam tubuh. Disamping itu ternyata kandungan antioksidan didalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol, dan betakaroten.antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga varietas tubuh (Setiaji dan Prayugo, 2006).
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak yang diperoleh tanpa mengubah sifat fisiko kimia minyak karena hanya diberi perlakuan mekanis dan penggunaan panas rendah. VCO banyak mengandung asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, sehingga VCO memiliki peran positif bagi kesehatan manusia antara lain sebagai antibakteri, antijamur, antiprotozoa, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, mencegah osteoporosis, diabetes, liver, dan timbulnya kanker, dapat menurunkan berat badan, dan memberikan stamina bagi tubuh.  Salah satu metode pengolahan VCO adalah dengan menggunakan ragi roti (Alamsyah, 2005)
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) merupakan khamir yang sering digunakan  dalam pembuatan roti. Pertumbuhan khamir ini dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber energi, dan air bebas. Pengolahan VCO dengan metode fermentasi ragi memerlukan waktu sekitar 6-7 jam. Metode lain dalam pengolahan VCO dapat menggunakan VCO pancingan yang memerlukan waktu sekitar 10-14 jam. Kedua metode ini dapat menghasilkan minyak berwarna jernih, beraroma khas minyak kelapa, tingkat ketengikan yang rendah, dan daya simpan yang lama. Ragi (Saccharomyces cerevisiae) ini menghasilkan secara langsung menghasilkan enzim melalui mikroba penghasil enzim protease yang dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada emulsi santan (Chandra, 2006). Salah satu mikroba yang dapat digunakan adalah khamir roti (Saccharomyces cerevisiae) yang dapat menghasilkan enzim proteolitik dan amilolitik . Enzim amilolitik dapat memecah karbondioksida sehingga menghasilkan asam. Adanya asam akan menurunkan pH, santan sampai mencapai titik isoelektrik protein sehingga protein akan terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik akan memecah protein terkoagulasi, akhirnya mudah dipisahkan dari minyak (Rusmanto, 2004).













III.  METODE PENELITIAN
A.    Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) ini adalah baskom, toples, tapisan, santan dan corong.
Adapun bahan- bahan yang digunakan dalam pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) ini adalah kelapa parut yang masih segar, air, dan fermipan (Saccharomyces cerevisiae).
B.     Proses Pembuatan
Proses pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) ini adalah sebagai berikut:
1)      Memarut kelapa dan mencampur hasil parutan dengan air
2)     Melakukan pemerasan sebanyak 3 kali, hingga semua santan kelapa terambil, kemudian ditambah air panas (70áµ’ C) dengan perbandingan 2:1, diperas dan disaring
3)      Melakukan pemisahan antara santan dengan air selam 15- 30 menit.
4)      Mengeluarkan air pada selang pengeluaran yang ada pada perangkat VCO.
5)      Memixer santan kental yang terampung dengan kecepatan 1500 rpm selam 15- 30 menit
6)      Memasukkan didalam toples besar, setelah itu didiamkann 8- 24 jam sampai terpisah menjadi 2  bagian (krim dan skim).
7)      Lapisan krim ditambah 0,19 fermipan.
8)      Fermipan dilarutkan kedalam air hangat ± 10 mL.
9)      Fermipan yang telah larut semua dimasukkan kedalam krim dan diaduk sampai merata.
10)  Kemudian krim dimasukkan kedalam kedalam botol kecil 350 mL, dan dibiarkan (diperam) selam 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 jam serta ditutup setengah rapat dengan tutup toples agar krim tidak terkena debu.
11)  Selanjutnya pemeraman dapat dilihat bahwa krim tersebut sudah terbagi menjadi 3 bagian yaitu VCO, Blondo dan air
12)  Minyak dipisahkan dari blondo dengan kertas saring.
C.    Diagram Alir Pembuatan VCO dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae) 


IV.        PEMBAHASAN
    4.1. VCO ( Virgin Coconut Oil )
Virgin coconut oil baru-baru ini banyak diproduksi untuk dikompersilkan. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni. Virgin coconut oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan di dalam tubuh. Disamping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh.
Menurut berbagai referensi, VCO terbuat dari daging kelapa yang masih  segar. Proses pembuatannya dilakukan dalam suhu yang rendah. Cara  membuatnya, daging buah kelapa diperas santannya, lalu dipanaskan dengan suhu  rendah. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi, pendinginan, penambahan  enzim, dan tekanan mekanis atau sentrifugasi. Minyak kelapa murni juga  memiliki sejumlah sifat fisik yang menguntungkan, diantaranya adalah memiliki  kestabilan secara kimia, bisa disimpan dalam jangka panjang, dan tidak cepat tengik, serta tahan terhadap panas.
Virgin cocnonut oil adalah minyak dan lemak yang dihasilkan tanpa  mengubah sifat fisiko kimia minyak yang diperoleh dengan hanya perlakuan  mekanis dan pemakaian panas minimal serta tidak menggunakan bahan kimia  kecuali yang tidak mengalami reaksi dengan minyak (Codex Alimentarius, 1999).
Standar mutu dari VCO dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Karakteristik
Kandungan
Kadar air (%)
0,1-0,5
Bilangan peroksida (mg oksigen/100 g contoh)
Maks 3,0
Bilangan penyabunan (mg KOH/g contoh)
250-260
Bilangan asam (mg KOH/g contoh)
Maks 13

Kadar asam lemak bebas (% asam laurat)
Maks 0,5
Warna
Jernih kristal
Sumber : Codex Stan 19-1981 (rev. 2 -1999)

Minyak kelapa murni tidak mudah tengik karena kandungan asam lemak  jenuhnya tinggi. Namun, bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan berjalan lebih awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air, dan mikroba yang akan mengurai kandungan asam lemak yang berada di dalam VCO menjadi komponen lain.
   4.2. Mikroba Pada VCO (Virgin Coconut Oil)
Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam lemak – trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami hidrogenasi , maka ekstraksi ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan  kelapa secara cepat dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut untuk mengekstraksi VCO secara fermentasi dilakukan menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang menghasilkan enzim secara langsung atau melalui mikroba penghasil enzim protease yang dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada emulsi santan. Salah satu mikroba yang dapat digunakan adalah khamir roti (Saccharomyces cerevisiae) yang dapat menghasilkan enzim proteolitik dan amilolitik. Enzim amilolitik akan memecah karbohidrat sehingga menghasilkan asam. Adanya asam akan menurunkan pH santan sampai mencapai titik isoelektrik protein sehingga protein akan terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik akan memecah protein terkoagulasi, akhirnya mudah dipisahkan dari minyak. Proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain adalah kemudahannya sehingga dapat diproduksi secara praktis, hemat bahan bakar, residu galendo lebih sedikit, tingkat ketengikan rendah dengan daya simpan lebih lama, aroma harum, dan bebas senyawa penginduksi kolesterol (Riko Aditya, 2014)
Khamir yang sering digunakan dalam pembuatan roti adalah Saccharomyces cerevisiae. Pertumbuhan khamir dipengaruhi oleh suhu, pH,  sumber energi, dan air bebas (aw). Suhu optimum untuk pertumbuhan  Saccharomyces cerevisiae adalah 30áµ’ C. Sedangkan  suhu  minimumnya  adalah 9-11áµ’C dan suhu maksimumnya adalah 35-37áµ’ C. Khamir dapat hidup pada aw 0,88-0,90, tetapi juga dapat hidup pada aw 0,68-0,78. Nilai pH yang cocok untuk pertumbuhan khamir  adalah 4-4,5. Umumnya khamir tidak dapat tumbuh pada medium basa.  
Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu galur yang paling umum  digunakan untuk fermentasi, karena bersifat fermentatif kuat dan anaerob  fakultatif (mampu hidup dengan atau tanpa oksigen), memiliki sifat yang stabil  dan seragam, mampu tumbuh dengan cepat saat proses fermentasi sehingga proses  fermentasi berlangsung dengan cepat pula serta mampu memproduksi alkohol  dalam jumlah banyak. Alkohol (etanol) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai  bahan pelarut selain air dan bahan baku utama dalam laboratorium dan industri kimia.
Untuk mempertahankan hidupnya, khamir memerlukan komponen C, H, P, K, S, Ca, Fe, Mg, vitamin, dan komponen organik. Nitrogen dibutuhkan dalam  bentuk amoniak, garam amonium, asam amino, peptida, pepton, urea, atau nitrat, glisin, tirosin, dan asparagin. Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dapat memecah karbohidrat sehingga menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan dapat mengkoagulasi protein santan. Ragi roti juga mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik dapat  menghidolisis protein yang menyelubungi globula lemak pada emulsi santan, sehingga minyak dari santan terpisah.
   4.3. Reaksi metabolisme oleh mikroba Saccharomyces cerevisiae pada VCO (Virgin Coconut Oil)
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) merupakan khamir yang sering  digunakan dalam pembuatan roti. Pertumbuhan khamir ini dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber energi, dan air bebas. Saccharomyces cerevisiae ini dapat tumbuh  optimum pada suhu 30áµ’C. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghasilkan  enzim yang dapat memecah karbohidrat menjadi asam. Asam yang terbentuk akan mengkoagulasikan protein emulsi santan. Selain itu, juga menghasilkan enzim proteolitik dimana enzim ini dapat menghidrolisis protein yang menyelubungi globula lemak pada emulsi santan, sehingga minyak dapat terpisah dari santan.
Proses fermentasi dalam pembuatan VCO diawali dengan hidrolisa pati oleh enzim zimase hingga dihasilkan alkohol dan CO2 . Alkohol yang dihasilkan dari penguraian glukosa akan  dipecah oleh  Acetobacter  yang sering terdapat pada ragi   menjadi asam asetat. Menurut Fardiaz perubahan sebagian gula menjadi asam organik dan alkohol serta pembentukan ester terjadi pelepasan air.
Secara singkat perubahan biokimia selama fermentasi dapat ditulis sebagai berikut:

4.4. Komposisi VCO (Virgin Coconut Oil)
4.4.1 Kelapa
Berdasarkan umur dari buah kelapa, kandungan buah kelapa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Buah Kelapa



(Prihatini, 2008) 
4.4.2 Santan Kelapa
 Santan kelapa  merupakan suatu cairan berwarna putih seperti susu yang diperoleh dari hasil pengepresan atau pemerasan dari buah  kelapa yang telah diparut dengan penambahan atau tanpa air. Dengan  adanya penambahan air tersebut maka akan mempengaruhi komposisi  dari santan kelapa itu sendiri. Komposisi santan kelapa dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Santan Kelapa
 


                      (Prihatini, 2008)
4.4.3 Minyak Kelapa (VCO)
a. Kandungan Asam lemak Minyak Kelapa (VCO)
Minyak kelapa terkandung beberapa asam lemak yang mana komponen utama didalamnya yaitu Asam Laurat yang merupakan asam lemak jenuh. Asam laurat dalam minyak kelapa mempunyai jumlah yang paling banyak, sehingga tahan terhadap ketengikan akibat oksidasi. Selain itu terdapat juga kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak kelapa.
Dalam VCO terdapat medium chain fatty acid (MCFA). MCFA  merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi,  antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme  glukosa dapat berjalan normal. MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein  menjadi sumber energy. Disamping mengandung asam laurat yang tinggi,  VCO juga mengandung Vitamin E. Komposisi asam lemak lainnya dapat dilihat pada Tabel 3. 
Tabel 3 Komposisi asam lemak VCO

4.5 Manfaat VCO
VCO dapat menjadi stimulasi tiroid. Pada jumlah hormon tiroid yang  cukup, kolesterol (khususnya LDL-kolesterol) diubah melalui proses enzimatik  menjadi steroid anti penuaan yang penting, progesteron, dan  Dehydroepiandrosterone (DHEA). Substansi inilah yang dapat membantu mencegah penyakit liver, kegemukan, kanker, dan penyakit lain yang berhubungan dengan penuaan dan penyakit degeneratif yang kronis lainnya.
Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya  dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO seperti flu burung, Human immunodeficiency virus/ Acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS), hepatitis,dan jenis virus lainnya. VCO dapat juga mengatasi kegemukan, penyakit
kulit hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya kanker prostat, jantung, darah tingggi,dan diabetes. Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek
seperti asam kaprat, kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam VCO dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi  lain dari zat ini, antara lain sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Darmoyuwono, 2006)
Menurut Politeknik kesehatan (Poltekes) Malang (2007), manfaat VCO untuk kesehatan adalah sebagai anti bakteri, anti virus, anti jamur, dan anti protozoa. VCO juga dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, mencegah  osteoporosis, mencegah dan mengobati diabetes, mencegah penyakit liver, mencegah dan mengobati kanker, menurunkan berat badan, dan dapat menambah stamina.









V.       PENUTUP
   A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah bahwa pembuatan minyak kelapa murni (VCO) dapat dilakukan dengan cara fermentasi yaitu  menggunakan ragi tempe. Pengolahan VCO dengan metode fermentasi dapat menghasilkan minyak berwarna jernih, beraroma khas minyak kelapa, tingkat ketengikan yang rendah, dan daya simpan yang lama. Ragi (Saccharomyces cerevisiae) ini secara langsung menghasilkan enzim melalui mikroba penghasil enzim protease yang dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada emulsi santan.
B.     Saran
Saran dalam pembuatan makalah ini adalah pada saat pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)      Perlu dilakukan proses penyaringan yang lebih baik agar didapat minyak kelapa murni yang lebih bening.
2)      Perlunya peralatan yang lebih baik dalam proses pemisahan sehingga diperoleh rendemen minyak kelapa murni yang lebih tinggi.
3)      Perlunya pengujian mikroba untuk mengetahui masih ada atau tidak adanya mikroba yang ada dalam minyak kelapa murni (VCO).



DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A.N. 2005. Virgin Coconut Oil. Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia  Pustaka, Jakarta.

Candra, K. P. 2006. Aplikasi fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada krim kelapa untuk ekstraksi minyak. Jurnal Teknologi Pertanian. 1(2):68-73.

Codex. Codex Standard for Edible Fats and Oils not Covered by Individual  Standards:Codex Stan 19-1981

Darmoyuwono, W., 2006, Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil, cetakan pertama, penerbit Indeks-kelompok Gramedia, Jakarta.

Novarianto, H. dan M. Tulalo. 2007. Kandungan Asam Laurat pada Berbagai Varietas Kelapa Sebagai Bahan Baku VCO. Jurnal Litri Vol. 13 No. 1. Maret 2007 p. 28-33.

Prihatini, R.I. 2008. Analisa Kecukupan Panas Pada Proses Pasteurisasi Santan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor

Rindengan, B., dan Hengky, N., 2004, Pembuatan & Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni, Penebar Swadaya, Jakarta.

Riko Aditya, 2014. Optimasi Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) dan dalam Fermentasi dengan VCO Pancingan. Jurnal Rekayasa Pangan Vol.2 No.2 Maret 2014 p. 51-52

Rusmanto DP. 2004. Analisis kualitatif dan kuantitatif minyak kelapa hasil ekstraksi secara fermentasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Ruku, S. 2007. Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara, Kendari.

Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar
Swadana, Jakarta.

Sibuea, P. 2004. Virgin Coconut Oil. Kompas, 22 Desember 2004. hlm. 32 kolom 15.